Senin, 26 Mei 2014

SINOPSIS NOVEL “BAIT SURAU”
Rommy, seorang laki-laki yang tak pernah menemui sebuah ruang keteduhan, kedamaian cinta yang tak pernah merangkul hatinya, Ia selalu gagal menerima cinta dan menghargai cinta dengan semestinya. Ia hanya mengenal cinta dunia sebagai budak nafsunya semata. Cinta yang selama ini dianggapnya hanya kebebasan, pergaulan yang mengumbar birahi. Tentu modalnya adalah materi. Dan bagi Rommy, materi bukanlah hal yang susah. Cinta yang menyejukan pikiran dan memupuk perilaku menjadi serba ikhlas sebenarnya merupakan kebutuhan hati setiap insan yang amat penting. Namun cinta yang dirasakan Rommy, hanya menumpuk kegelisahan, dan hatinya selalu menanggung kegersangan.
Rommy selalu merasa hak dan kebebasannya terampas, ditambah persoalan hidup  semisal permasalahan di kantor, pertengakaran dengan Bram sahabatnya, dengan saudara dan orang tuanya, terlebih pemaksaan orang tuanya yang kali ini tidak bisa dihindari Rommy. Rommy dipaksa untuk menikahi Nadia. Semua saudaranya sangat mendukung keinginan orang tuanya. Karena bila tidak, perekerjaan Rommy yang sudah mapan itu turut hilang. Barangkali inilah sumber tekanan batin Rommy. Sebab itu, kekalahannya, kebebasannya yang dirampas, bagi Rommy adalah Nadia penyebabnya. Nadia merupakan simbol kekalahannya, simbol kebebasan dari pilihannya yang dirampas. Pada akhirnya segala kemarahannya ingin Ia tumpahkan semua dan bermuara kepada Nadia, Nadia seolah menjadi keranjang sampah amarah Rommy.
Perjalanan hidup yang gersang, seperti alam tanpa pepohonan. Kering. Tidak ada kenyamanan, kesejukan, ketenangan, dan cinta. Seperti itulah perumpaman untuk kehidupan Rommy. Catatan kelam itu ingin segera dilipatnya, disimpannya rapat-rapat dalam ruang penglupaan. Diikatnya dengan tali dalam penjara pengacuhan, selamanya. Manusia tidak akan sanggup terus-menerus menanggung kegersangan hidup yang semakin menumpuk. Manusia  butuh cinta. Cinta yang menenangkan hati.
Kini, jembatan  keimanan mulai Ia telusuri. Inilah bagian dari hati kecil Rommy yang mulai diakui oleh pikiran dan rasanya. Di Desa  Samadikun di Tepi Pantai Utara, di rumah Rommy yang sederhana  Ia berlabuh untuk menemui jawaban dari sejumlah pertanyaan besar suara hati kecilnya. Bersama keluarga sederhana penuh damai dan cinta. Rommy belajar memulai kehidupan baru. Kehidupan yang jauh dengan kemewahan dan kemegahan, faktanya memang sangat berbanding terbalik dengan kehidupan sebelumnya.
Semakin hari Rommy semakin kerasan tinggal di rumah Ramdhan. Hatinya semakin tenang tidak segelisah ketika di Jakarta. Barangkali ketenangan hidup memang tidak bisa ditentukan oleh materi. Hari–harinya di rumah Ramdhan, ternyata mampu memberi jawaban yang selama ini tertunda, kehinaan karena kesombongan perlahan menyeruak hilang berganti kerinduan, sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris Nabi.
Suatu ketika, Rommy sedang menatap nisan sisa penjualan Abah (orang tua Ramdhan) di sore itu. Perlahan punggung dan kepalanya berguncang. Rommy menangis pilu. Ada apa dengan perasaan Rommy?. Rommy semakin tidak kuat menahan kesedihan. Kesedihannya tak mungkin mengembalikan Nadia, istiriya. Dan Nadia tidak akan bisa mengisi hari-harinya lagi.
Rommy ingat malam itu, dia sangat marah. Mobil SUV-nya yang dikendarainya berjalan tidak benar. Berkali-kali dia menampar Nadia. Semakin nadia menangis ketakutan, Rommy semakin marah. Tidak puas menampar, Rommy meludahi Nadia. Masalah sebenarnya, Nadia memberi tahu bahwa ia sedang hamil dan Rommy akan segera menjadi ayah. Bukannya senang, Rommy malah marah-marah. Mobil Rommy semakin tidak menentu berjalannya.
Suara tangis Nadia semakin kencang, Tapi suaranya kalah keras oleh derum mobil dan suara rem yang kadang diinjak mendadak. Nadia berpegangan semakin keras. Hanya menangis yang bisa dilakukannya untuk mengekspresikan ketakutannya. Nadia tidak punya kesempatan memakai sabuk pengaman yang tadi lupa dipakainya. Rommy tertawa puas melihat Nadia ketakutan seperti itu. Puas melihat Nadia tidak bisa bicara lagi. Nadia semakin bertambah takutnya, dilihatnya sebuah kereta melaju dengan kecepatan sedang, Rommy tidak peduli ketika Nadia menjerit memberi peringatan. Rommy terus tertawa puas. Di sebuah tikungan, Rommy baru sadar sebuah kereta akan melintas rel tanpa pintu lintasan. Rommy membanting setir menghindari tabrakan. Tapi mobil sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Sekuat tenaga rem diinjaknya, suaranya menjarit sekeras jeritan Nadia. Semuanya terlambat, Nadia bahkan sudah pingsan sebelumnya. Bruuuuaakkk… mobil SUV yang dikendarai Rommy tertabrak kereta. Mobil jumpalitan, menyeret penumpangnya lebih dari 300 meter. Rommy tidak ingat apa-apa lagi.
Mengenang perilaku kejamnya itu, kini sampai kepada penyesalannya di masa lalu. Bagian kecil dari hatinya itu sekarang menguasai diri Rommy. Kini menjadi kesenangan  hatinya, Rommy belajar mengaji bersama dengan anak-anak di surau. Rommy semangat sekali belajar. Semangat yang menjadi bahan bakar jiwanya, membuatnya melompat jauh untuk memburu nilai-nilai kemuliaan. Semangat itu semakin menyala. Rommy semakin sadar akan kesempatan yang pernah hilang untuk berbuat baik. Surau kecil itu penuh arti bagi Rommy. Terutama bagi hatinya karena kehadiran Rommy telah sampai menjadi bagian dari pecinta Baitullah. Bait demi bait keimanan, Rommy dapatkan di surau sederhana ini. Syair-syair kebenaranNya terpecik pelan dan pasti. Mengkritik dan mencaci keangkuhan yang telah bersemayam cukup lama di relung jiwanya.
Sebuah kabar gembira ketika Rommy dan Ramdhan merencanakan pembangunan surau. Surau yang memang sepatutnya mendapat perbaikan. Tak lama setelah pembangunan surau, terjadi  peristiwa tragis yang tak diduga. Ketika melaut kapal yang diarungi Rommy dan Ramdhan terbalik. Mungkin inilah tanda bahwa syahidnya kematian mereka setelah pembangunan surau. Diantara rahmat Allah, kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit hati dan keburukan akhlak. Maha suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian. Kini surau itu tepampang papan nama dengan tulisan “AL-GHAZALI”. Nama “GHAZALI”, sebutan khusus untuk Rommy dari Abah saat Rommy mengembara hidup di Samadikun.
KOMENTAR / ULASAN NOVEL
Ketika manusia belum menemui arti hidup, dan Ia kehilangan pijakan untuk menempuh kehidupan, Ia kebingungan mencari jawaban apa penyebab dari kegelisahan hatinya. Seperti halnya yang dirasakan Rommy, nilai kerinduan seorang anak manusia dan fenomena antara rasa dan cinta pada Sang Kholiq.
            Rasa cinta terhadap dunia dengan kuantitas besar, mampu mengidapkan lupa terhadap makna penghambaan kepada Tuhan. Kesombongan yang mampu menghempas kehinaan serta kedzaliman yang menghapus nilai-nilai kemuliaan diri seorang manusia. Ternyata itu semua, hanya mengundang keresahan, kegundahan hidup, dan kegersangan hati yang membakar kelembutan hati manusia.
Dengan hal itu, ketika penyesalan telah hinggap menyibak hati kecil insani, maka seolah menuntut kedamaian, mendambakan sebuah kesejukan hati yang telah lama jauh dari ruang teduh Ilahi. Kini Rommy menyadari perilaku kejamnya takkan mampu memberi kebahagiaan hidup yang kekal. Bahkan menjadi hal tragis ketika kesedihannya tak mungkin mengembalikan Nadia. Keresahan yang tak akan memberi kesempatan, kesempatan membalas kasih sempurna yang diberikan Nadia ketika masih disampingnya.
Melalui pengenalan akan kehidupan baru, kehidupan yang terus berusaha memanggil Nama Rabb-nya. Panggilan yang dilakukan oleh hamba yang dzalim. Rommy mulai menemukan arti dan tujuan hidup. Arti hidup sebab cinta yang menghiasi bukan kemegahan dunia. Tujuan hidup sebab hidup untuk mengabdi pada Tuhan bukan menjadi budak nafsu.

Makna cinta yang menyatakan sebuah pengabdian kepada Tuhan menjadi sumber cahaya hati manusia. Dan sebaliknya adapun kategori Abdullah dengan pengabaian yang besar, inilah makna merugi. Dipastikan bahwa setiap hati kecil manusia sesungguhnya selalu menuntut serta mengharapkan rasa cinta dan kerinduan pada Tuhan Yang Esa, Allah SWT. karena disitulah pusat kedamaian. Kedamaian yang tak tertanding ketika Kasih dan Cinta-Nya telah merangkul hati manusia. Dan Kunci hati yang bersih adalah ketika Ia selalu bertaubat meyakini Tuhannya Maha Pengampun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar