SINOPSIS NOVEL
“BAIT SURAU”
Rommy, seorang laki-laki yang tak pernah
menemui sebuah ruang keteduhan, kedamaian cinta yang tak pernah merangkul
hatinya, Ia selalu gagal menerima cinta dan menghargai cinta dengan semestinya.
Ia hanya mengenal cinta dunia sebagai budak nafsunya semata. Cinta yang selama
ini dianggapnya hanya kebebasan, pergaulan yang mengumbar birahi. Tentu
modalnya adalah materi. Dan bagi Rommy, materi bukanlah hal yang susah. Cinta yang
menyejukan pikiran dan memupuk perilaku menjadi serba ikhlas sebenarnya
merupakan kebutuhan hati setiap insan yang amat penting. Namun cinta yang
dirasakan Rommy, hanya menumpuk kegelisahan, dan hatinya selalu menanggung
kegersangan.
Rommy selalu merasa hak dan kebebasannya terampas,
ditambah persoalan hidup semisal
permasalahan di kantor, pertengakaran dengan Bram sahabatnya, dengan saudara
dan orang tuanya, terlebih pemaksaan orang tuanya yang kali ini tidak bisa
dihindari Rommy. Rommy dipaksa untuk menikahi Nadia. Semua saudaranya sangat
mendukung keinginan orang tuanya. Karena bila tidak, perekerjaan Rommy yang
sudah mapan itu turut hilang. Barangkali inilah sumber tekanan batin Rommy.
Sebab itu, kekalahannya, kebebasannya yang dirampas, bagi Rommy adalah Nadia
penyebabnya. Nadia merupakan simbol kekalahannya, simbol kebebasan dari
pilihannya yang dirampas. Pada akhirnya segala kemarahannya ingin Ia tumpahkan
semua dan bermuara kepada Nadia, Nadia seolah menjadi keranjang sampah amarah
Rommy.
Perjalanan hidup yang gersang, seperti alam
tanpa pepohonan. Kering. Tidak ada kenyamanan, kesejukan, ketenangan, dan
cinta. Seperti itulah perumpaman untuk kehidupan Rommy. Catatan kelam itu ingin
segera dilipatnya, disimpannya rapat-rapat dalam ruang penglupaan. Diikatnya
dengan tali dalam penjara pengacuhan, selamanya. Manusia tidak akan sanggup
terus-menerus menanggung kegersangan hidup yang semakin menumpuk. Manusia butuh cinta. Cinta yang menenangkan hati.
Kini, jembatan
keimanan mulai Ia telusuri. Inilah bagian dari hati kecil Rommy yang
mulai diakui oleh pikiran dan rasanya. Di Desa
Samadikun di Tepi Pantai Utara, di rumah Rommy yang sederhana Ia berlabuh untuk menemui jawaban dari
sejumlah pertanyaan besar suara hati kecilnya. Bersama keluarga sederhana penuh
damai dan cinta. Rommy belajar memulai kehidupan baru. Kehidupan yang jauh
dengan kemewahan dan kemegahan, faktanya memang sangat berbanding terbalik
dengan kehidupan sebelumnya.
Semakin hari Rommy semakin kerasan tinggal di
rumah Ramdhan. Hatinya semakin tenang tidak segelisah ketika di Jakarta.
Barangkali ketenangan hidup memang tidak bisa ditentukan oleh materi. Hari–harinya
di rumah Ramdhan, ternyata mampu memberi jawaban yang selama ini tertunda,
kehinaan karena kesombongan perlahan menyeruak hilang berganti kerinduan,
sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris Nabi.
Suatu ketika, Rommy sedang menatap nisan sisa
penjualan Abah (orang tua Ramdhan) di sore itu. Perlahan punggung dan kepalanya
berguncang. Rommy menangis pilu. Ada apa dengan perasaan Rommy?. Rommy semakin
tidak kuat menahan kesedihan. Kesedihannya tak mungkin mengembalikan Nadia,
istiriya. Dan Nadia tidak akan bisa mengisi hari-harinya lagi.
Rommy ingat malam itu, dia sangat marah. Mobil
SUV-nya yang dikendarainya berjalan tidak benar. Berkali-kali dia menampar
Nadia. Semakin nadia menangis ketakutan, Rommy semakin marah. Tidak puas menampar,
Rommy meludahi Nadia. Masalah sebenarnya, Nadia memberi tahu bahwa ia sedang
hamil dan Rommy akan segera menjadi ayah. Bukannya senang, Rommy malah
marah-marah. Mobil Rommy semakin tidak menentu berjalannya.
Suara tangis Nadia semakin kencang, Tapi
suaranya kalah keras oleh derum mobil dan suara rem yang kadang diinjak
mendadak. Nadia berpegangan semakin keras. Hanya menangis yang bisa dilakukannya
untuk mengekspresikan ketakutannya. Nadia tidak punya kesempatan memakai sabuk
pengaman yang tadi lupa dipakainya. Rommy tertawa puas melihat Nadia ketakutan
seperti itu. Puas melihat Nadia tidak bisa bicara lagi. Nadia semakin bertambah
takutnya, dilihatnya sebuah kereta melaju dengan kecepatan sedang, Rommy tidak
peduli ketika Nadia menjerit memberi peringatan. Rommy terus tertawa puas. Di
sebuah tikungan, Rommy baru sadar sebuah kereta akan melintas rel tanpa pintu
lintasan. Rommy membanting setir menghindari tabrakan. Tapi mobil sudah tidak
bisa dikendalikan lagi. Sekuat tenaga rem diinjaknya, suaranya menjarit sekeras
jeritan Nadia. Semuanya terlambat, Nadia bahkan sudah pingsan sebelumnya.
Bruuuuaakkk… mobil SUV yang dikendarai Rommy tertabrak kereta. Mobil
jumpalitan, menyeret penumpangnya lebih dari 300 meter. Rommy tidak ingat
apa-apa lagi.
Mengenang perilaku kejamnya itu, kini sampai
kepada penyesalannya di masa lalu. Bagian kecil dari hatinya itu sekarang
menguasai diri Rommy. Kini menjadi kesenangan
hatinya, Rommy belajar mengaji bersama dengan anak-anak di surau. Rommy
semangat sekali belajar. Semangat yang menjadi bahan bakar jiwanya, membuatnya
melompat jauh untuk memburu nilai-nilai kemuliaan. Semangat itu semakin
menyala. Rommy semakin sadar akan kesempatan yang pernah hilang untuk berbuat
baik. Surau kecil itu penuh arti bagi Rommy. Terutama bagi hatinya karena
kehadiran Rommy telah sampai menjadi bagian dari pecinta Baitullah. Bait demi
bait keimanan, Rommy dapatkan di surau sederhana ini. Syair-syair kebenaranNya
terpecik pelan dan pasti. Mengkritik dan mencaci keangkuhan yang telah
bersemayam cukup lama di relung jiwanya.
Sebuah kabar gembira ketika Rommy dan Ramdhan
merencanakan pembangunan surau. Surau yang memang sepatutnya mendapat perbaikan.
Tak lama setelah pembangunan surau, terjadi
peristiwa tragis yang tak diduga. Ketika melaut kapal yang diarungi Rommy
dan Ramdhan terbalik. Mungkin inilah tanda bahwa syahidnya kematian mereka
setelah pembangunan surau. Diantara rahmat Allah, kadang manusia tertimpa
musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit hati dan keburukan akhlak.
Maha suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian. Kini surau itu
tepampang papan nama dengan tulisan “AL-GHAZALI”. Nama “GHAZALI”, sebutan
khusus untuk Rommy dari Abah saat Rommy mengembara hidup di Samadikun.
KOMENTAR / ULASAN NOVEL
Ketika manusia belum menemui arti hidup, dan
Ia kehilangan pijakan untuk menempuh kehidupan, Ia kebingungan mencari jawaban
apa penyebab dari kegelisahan hatinya. Seperti halnya yang dirasakan Rommy,
nilai kerinduan seorang anak manusia dan fenomena antara rasa dan cinta pada
Sang Kholiq.
Rasa
cinta terhadap dunia dengan kuantitas besar, mampu mengidapkan lupa terhadap
makna penghambaan kepada Tuhan. Kesombongan yang mampu menghempas kehinaan
serta kedzaliman yang menghapus nilai-nilai kemuliaan diri seorang manusia.
Ternyata itu semua, hanya mengundang keresahan, kegundahan hidup, dan
kegersangan hati yang membakar kelembutan hati manusia.
Dengan hal itu, ketika penyesalan telah
hinggap menyibak hati kecil insani, maka seolah menuntut kedamaian, mendambakan
sebuah kesejukan hati yang telah lama jauh dari ruang teduh Ilahi. Kini Rommy
menyadari perilaku kejamnya takkan mampu memberi kebahagiaan hidup yang kekal.
Bahkan menjadi hal tragis ketika kesedihannya tak mungkin mengembalikan Nadia.
Keresahan yang tak akan memberi kesempatan, kesempatan membalas kasih sempurna
yang diberikan Nadia ketika masih disampingnya.
Melalui pengenalan akan kehidupan baru,
kehidupan yang terus berusaha memanggil Nama Rabb-nya. Panggilan yang dilakukan
oleh hamba yang dzalim. Rommy mulai menemukan arti dan tujuan hidup. Arti hidup
sebab cinta yang menghiasi bukan kemegahan dunia. Tujuan hidup sebab hidup untuk
mengabdi pada Tuhan bukan menjadi budak nafsu.
Makna cinta yang menyatakan sebuah pengabdian
kepada Tuhan menjadi sumber cahaya hati manusia. Dan sebaliknya adapun kategori
Abdullah dengan pengabaian yang besar, inilah makna merugi. Dipastikan bahwa setiap
hati kecil manusia sesungguhnya selalu menuntut serta mengharapkan rasa cinta
dan kerinduan pada Tuhan Yang Esa, Allah SWT. karena disitulah pusat kedamaian.
Kedamaian yang tak tertanding ketika Kasih dan Cinta-Nya telah merangkul hati
manusia. Dan Kunci hati yang bersih adalah ketika Ia selalu bertaubat meyakini
Tuhannya Maha Pengampun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar